Heritiera littoralis, yang dikenal juga sebagai dungun atau bayur laut, adalah pohon mangrove khas pesisir yang dapat tumbuh hingga sekitar 20 meter. Kulit batangnya berwarna abu-abu muda hingga merah muda dan lama-kelamaan menjadi retak-retak, sedangkan akarnya membentuk akar papan yang kokoh di pangkal batang. Daunnya tersusun berseling dan berbentuk membundar telur hingga melanset, dengan ukuran 5–36 × 3–12 cm. Jenis ini mudah dikenali dari warna daunnya yang kontras, yakni bagian atas berwarna hijau tua mengilap, sedangkan bagian bawahnya putih keperakan (Backer & Bahkuizen van den Brink, 1963).
Buahnya juga menarik, berbentuk ellipsoid berwarna cokelat keunguan dengan sirip di bagian atas menyerupai ikan, serta kulit luar yang keras, tebal, dan berkayu. Panjang buahnya dapat mencapai 7 cm dengan lebar hingga 5 cm. Ketika matang, buah ini dapat mengapung di air dan terbawa pasang surut, memungkinkan penyebaran alami di sepanjang garis pantai (Backer & Bahkuizen van den Brink, 1963).

Daerah sebaran alami jenis ini membentang dari Kenya bagian tenggara hingga Mozambik, dan meluas ke arah timur hingga Pasifik barat (POWO, 2025). Dungun tumbuh di wilayah pesisir tropis, termasuk pantai berbatu, hutan mangrove, dan tepi sungai pasang surut, serta dikenal tahan terhadap abrasi dan banjir, menjadikannya salah satu penjaga alami ekosistem pesisir (National Parks, 2024).

Sejak zaman dahulu, kayu dungun dimanfaatkan untuk pembuatan kapal, jembatan, dan furniture, karena kekuatannya yang tahan air dan garam. Selain itu, bijinya juga menjadi sumber pakan alami bagi satwa liar seperti monyet, babi hutan, dan kepiting besar, memperkuat perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir (National Parks, 2024).