Keanekaragaman Geologi

Geologi Pulau Bangka

Pulau Bangka merupakan bagian dari Sundaland, yaitu daratan purba di ujung tenggara Lempeng Eurasi, yang terangkat. Pulau Bangka dikenal sebagai salah satu pulau penghasil timah utama di Indonesia dengan produksi hingga sekitar 20 megaton biji timah per tahun1. Pulau Bangka terdiri dari batuan granit yang terbentuk dari sekitar 200 juta tahun lalu (Jura). Granit ini terhubung dengan batu granit di negara lain yaitu Myanmar, Thailand, Malaysia, serta granit di pulau lain di Indonesia yaitu di Kepulauan Riau (Pulau Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur), Pulau Belitung, dan Pulau Karimata. Deretan granit ini membentuk sabuk yang disebut Granite Tin Belt (Sabuk Timah Granit).

Sabuk ini kaya mineral kasiterit sebagai mineral utama pembawa bijih timah, sehingga pulau-pulau di sabuk ini disebut juga sebagai Tin Islands.

Selain batuan granit, Pulau Bangka juga tersusun atas jenis batuan lain yang beragam karena berada di zona sutur dan kompleks akresi. Pulau Bangka berada di Zona Sutur Bentong-Raub, yaitu zona memanjang berarah utara-selatan yang merupakan batas tumbukan antara dua lempeng purba, Sibumasu (Sikkim, Burma, Malaya, Sumatra) dan Indochina3,4. Di zona sutur ini terbentuk batuan campuran, yaitu sekis, sabak, rijang, dan serpentinit. Berdasarkan stratigrafi regional, Bangka merupakan bagian dari Kompleks Akresi Bentong-Belitung, yang tersusun atas batuan berumur 360-200 juta tahun lalu (Karbon hingga Trias) seperti Grup Pemali (batuan sabak, sekis, dan turbidit laut dalam) dan Formasi Tempilang (batupasir dan batulumpur)

Sejarah geologi Bangka menunjukkan proses panjang tumbukan benua dan aktivitas magmatik (contoh pembentukan granit) yang dapat menghasilkan endapan mineral strategis yang penting di dunia.

Jenis Batuan di Tanjung Labun

Tanjung Labun terdiri dari batuan granit berwarna putih bintik hitam. Batuan granit tersebar dari ujung barat hingga timur Tanjung Labun. Singkapan granit disertai bongkahan tersingkap dengan berbagai ukuran. Batuan granit terdiri dari mineral plagioklas, K-feldspar, kuarsa, dan biotit.

Ada jajaran bongkah granit di sepanjang garis pantai membentang dari barat laut - tenggara mengikuti arah struktur regional Pulau Bangka. Salah satu bongkah granit di tepi pantai termasuk Batu Aboh dengan bentuk menyerupai belimbing.

Batu Belimbing

Batu belimbing di Pulau Bangka merujuk pada batuan granit yang memiliki penampakan pola guratan dari pola menonjol dan lekukan bergantian menyerupai buah belimbing. Batu belimbing terbentuk karena erosi terus menerus di permukaan granit. Pembentukan lekukan berawal dengan pelarutan yang mengikuti pola akar tanaman yang tumbuh di bagian atas granit. Jarak lekukan yang seragam bisa juga terbentuk oleh pengaruh struktur yang berkembang di batuan. Curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan intensitas pembentukan lekukan. Dalam proses yang sangat lama, kondisi ini membuat pembentukan alur di permukaan granit. Arah alur mengikuti arah pergerakan pelarutan atau pelapukan.

Semakin dalam alur atau lekukan, menunjukkan proses pelapukan yang semakin intensif. Proses pembentukan batu belimbing ini menyerupai granit di daerah … (US). Proses pembentukan alur pada batuan membentuk pola lekukan juga dapat ditemui di daerah karst, yaitu pembentukan karren.

Batu Aboh

Batu Aboh merupakan satu bongkah batu berukuran …. yang berdiri tegak di tepi pantai Tanjung Labun. Permukaan batuan ini memiliki pola alur yang masih tahap awal. Batu Aboh ini merupakah batu granit dengan komposisi plagioklas, kuarsa, biotit. Batu Aboh dikelilingi oleh kumpulan batuan granit berwarna merah berbentuk agregat kecil. Batuan granit berwarna merah ini menunjukkan proses pelapukan yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut sepanjang tepi pantai Tanjung Labun.

Referensi

https://timah.com/blog/hubungan-investor/kinerja-operasional.html (diakses Rabu, 12 November 2024 pukul 20.00 WIB)

Cobbing, E.J., Pitfield, P.E.J., Darbyshire, D.P.F., dan Mallick, D.I.J.. 1992. The Granites of the South-East Asian Tin Belt. Overseas Memoir of the British Geological Survey. No.10

Barber, A.J., Crow, M.J., dan De Smet, M.J.M.. 2005. Tectonic Evolution. Sumatera: Geology, Resources and Tectonic Evolution. Geological Society, London, Memoir No. 31. Hal. 234 - 259

Metcalfe, I.. 2000. The Betong-Raub Suture Zone. Journal of Asian Earth Sciences. Elsevier. Hal. 691 – 712.

Barber, A.J., dan Crow, M.J.. 2005. Structure and Structural History. Sumatera: Geology, Resources and Tectonic Evolution. Geological Society, London, Memoir No. 31. Hal. 175 - 233.