Hanjuang
Cordyline fruticosa (L.) A.Chev.
Perdu ini dapat tumbuh hingga lebih dari 5 meter di Tanjung Labun. Daun tersusun berseling dan berjejalan sangat rapat di bagian ujung cabang. Tangkai daunnya panjang, 5–20 cm, dengan alur menyerupai parit pada permukaan atas. Pangkal daun melebar dan melingkari batang serta pangkal tangkai daun lainnya. Helaian daun berbentuk melonjong-melanset hingga menjorong-melanset, berukuran 20–60 × 1.25–13 cm, dengan tulang tengah menonjol pada permukaan bawah. Warna daun hanjuang sangat bervariasi, mulai dari hijau polos,variegata, hingga merah tua kemerahan (jambon) (Backer & Bakhuizen van den Brink, 1968; Borland, 2009; Ristiawan et al., 2022; POWO, 2025).
Hanjuang secara alami tersebar di wilayah Papuasia hingga Pasifik Barat, namun telah banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias di kawasan tropis lainnya (Borland, 2009; Ristiawan et al., 2022; POWO, 2025).
Andong atau hanjuang (Cordyline fruticosa) merupakan tumbuhan tropis yang secara alami tersebar di kawasan Papuasia hingga Kepulauan Pasifik. Kini, jenis ini telah banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias di berbagai daerah, termasuk di Sumatra. Bagi masyarakat Jawa, andong memiliki makna kesakralan yang tinggi karena dipercaya sebagai penolak bala, yakni tanaman yang mampu melindungi dari marabahaya dan hal-hal buruk (Purnomo, 2013). Oleh sebab itu, andong sering dijumpai tumbuh di pekarangan rumah, di tepi jalan, serta di area pemakaman sebagai simbol perlindungan dan penenteram lingkungan. Kepercayaan terhadap kekuatan spiritual tanaman ini tidak hanya berkembang di Indonesia, tetapi juga tersebar luas hingga ke berbagai wilayah di Kepulauan Pasifik (Borland, 2009; Hidayat et al., 2010; Purnomo, 2013; Ristiawan et al., 2022).
Taksonomi
Kingdom: Plantae
Filum: Streptophyta
Kelas: Equisetopsida
Subkelas: Magnoliidae
Ordo: Asparagales
Famili: Asparagaceae
Genus: Cordyline
Spesies: Cordyline fruticosa (L.) A.Chev
Nama Lokal: Bak Juang (Aceh), Linjuang (Minang), Tumjuang (Palembang), Hanjuang (Sunda), Andong (Jawa Tengah), Kayu Urip (Madura), Andong (Jakarta), Endong (Bali), Renjuang (Dayak), Endong (Nusa Tenggara), Tabango (Gorontalo), Palili (Makasar), Panjureng (Bugis), Daun Soi (Bare'e), dan Weluga (Ambon).
Referensi
Backer, C. A. & Bakhuizen van den Brink, R. C. (1968). Flora of Java. Vol.III. N.V.P. Noordhoff.
Borland, T. (2009). Cordyline fruticosa: The distribution and continuity of a sacred plant. The Journal of the Polynesian Society, 113(3), 263–290.
Hidayat, S., Hikmat, A. & Zuhud, E. A. M. (2010). Kajian etnobotani masyarakat Kampung Adat Dukuh Kabupaten Garut, Jawa Barat. Media Konservasi, 15(3), 139–151.
POWO. (2025). Plants of the World Online. Facilitated by the Royal Botanic Gardens, Kew. Available from: URL (accessed 03 November 2025).
Purnomo. (2013). Tanaman kultural dalam perspektif adat Jawa: kajian aspek filosofi, konservasi, dan pemanfaatan tanaman dalam kultur dan tradisi Jawa. Universitas Brawijaya Press.
Ristiawan, H., Irsyam, A. S. D., Hariri, M. R., Peniwidiyanti & Irwanto, R. R. (2022). Plant Species in The Honggoderpo Cemetery, Wonosobo Regency, Central Java. Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati, 9(1), 65–76.